Kamis, 06 Desember 2012

Penalaran Pada Manusia


Penalaran dapat dikatakan sebagai suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan  yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Berpikir adalah suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar.
Sebagai kegiatan berpikir, maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu:
§ Pertama, adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika
Artinya setiap bentuk penalaran mempunyai logikanya tersendiri. Atau dapat juga disebut dengan proses berpikir logis, di mana berpikir logis di sini harus diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu, atau dengan perkataan lain, menurut logika tertentu. Berpikir logis itu mempunyai konotasi yang bersifat jamak (plurar) dan bukan tunggal (singular). Suatu kegiatan berpikir bisa disebut logis ditinjau dari suatu logika tertentu, dan mungkin tidak Iogis bila ditinjau dari sudut logika yang lain. Hal ini scring menimbulkan gejala yang disebut sebagai kekacauan penalaran yang tidak konsisten dalam mernpergunakan pola berpikir tertentu.
§ Kedua, adanya proses analitik dari proses berpikirnya
Merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis adalah logika penalaran yang bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yarg mempergunakan logika ilmiah. Demikian juga penalaran lainnya yang mempergunakan logikanya tersendiri pula. Sifat analitik merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir, tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan ada kegiatan, sebab pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Dari prosesnya, penalaran itu dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni penalaran induktif dan penalaran deduktif. Perbedaan dasar diantara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif dengan progesi secara logis dari bukti – bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus sementara dengan induktif, dinamika logisnya justru sebaliknya dari bukti – bukti khusus kepada kebenaran atau kesimpulan yang umum. Penalaran dibagi menjadi dua, yaitu :
            1.      Penalaran Induktif
Pengertian penalaran induktif adalah proses penalaran untuk manari kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta – fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sentara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum.
Contoh penalaran induktif :
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Babi berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Kesimpulan : semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Ada dua macam penalaran induktif yakni generalisasi dan analogi.
Pertama, penalaran induktif generalisai. Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contohnya data statistik, dan lain-lain.
Macam – macam generalisasi :
a.       Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum diselidiki.
b.      Generalisasi tidak sempurana
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Kedua, penalaran induktif analogi. Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Contoh:
Ana adalah lulusan UIN Maliki Malang. Ana dapat berbahasa Arab dengan baik. Adi adalah lulusan UIN Maliki Malang. Oleh Sebab itu, Adi dapat berbahasa arab dengan baik.
2.      Penalaran Deduktif
Pengertian Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuju kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif terebut dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contohnya:
Semua manusia akan mati
Nana adalah manusia
Jadi, Nana akan mati (konklusi / kesimpulan)
b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis

MESIR KUNO

Tiga Periode Penting Sejarah Mesir

Kerajaan Lama (2650-2150 SM):
Masa karajaan lama dikenal sebagai zaman piramida, yang paling terkenal dintaranya adalah yang dibangun di Giza untuk Firaun Khufu, Khafire, dan Menkaure. Ketika raja-raja ini berkuasa di Memphis, paada abad ke-26 dan ke-25 SM, kekuasaan sangat tersentralisasi, meskipun otoritas raja berkurang pada masa akhir periode ini. Menjelang akhir kerajaan lama, panen yang gagal berkali-kali mengakibatkan kelaparan dan kemiskinan dimana-mana. Kerajaan kemudian terpecah belah dan periode menengah pertamapun dimulai.

Kerajaan Pertengahan (1975-1640 SM):
Setelah periode menengah pertama setelah Mesir teepecah menjadi sejumlah kerajaan kecil, Mesir disatukan kembali oleh Mentuhotep I. Firaun ini memerintah dari Thebes tapi penerusnya memindahkan ibukota ke lokasi dekat Memphis yang menjadi lokasi ibukota pada masa kerajaan lama. Senworset I memimpin beberapa kali penyerangan yang berhasil terhadap bangsa Nurbia di daerah selatan. Menjelang akhir periode ini, Mesir kembali terpecah belah. Wilayah utara dikuasai bangsa asing, bangsa Hyksos.

Kerajaan Baru (1539-1075 SM): 
Firaun Ahmose berhasil mengusir bangsa Hyksos keluar dari Mesir dan kembali menyatukan kerajaan. Para pemimpin sesudahnya menaklukan sebagian besar wilyah Nubia dan Asia Barat. Dampak dari kebijakan ekspansi militer ini, tentara menjadi kekuatan tersendiri dalam politik Mesir. Banyak raja dikubur di Lembah Raja-raja yang terletk didekat Thebes. Salah satu Firaun yang paling terkenal dari zaman ini adalah Akhenaten, yang mencoba menciptakan agama baru.


Masa Lampau Hidup Kembali

Pada 1799 sekelompok tentara Prancis membangun kembali sebuah benteng tua dipesisir Mesir dan menemukan sepotong granit abu-abu yang tergeletak diantara puing-puing berdebu. Terdapat ukiran tanda - tanda aneh pada permukaannya yang tidak bisa mereka baca. Dibutuhkan waktu lebih dari 20 tahun sebelum akhirnya tulisan itu bisa dibaca. Batu Rossetta, begitu nama batu itu dikenal, akan terbukti menjadi slah satu penemuan arkeologis terpenting. Batu itu adalah potongan dari batu yang lebih besar dan merupakan kunci dari banyak rahasia salah satu peradaban kuno yang punya sejarah paling panjang: Mesir.

Penemuan ini  terjadi secara  tidak sengaja.Jenderal Perancis, Napoleon Bonaparte, menginvasi Mesir sebagai bagian dari perang Perancis melawan Inggris. Dia ingin menguasai Innggris.Diaingin menguasai rute perdagangan penting Inggris dengan mendirikan pertahanan di sepanjang pantai.

Begitulah bagaimana Letnan Pierre Bouchardmenjadi pemimpin satu korps insinyur ke benteng tua utara kota Rosetta. Benteng itu berukuran kecil dan dalam kondisi yang mengenskan. Para prajurit hampir merobohkan dan membangunnya kembali sebelum akhirnya bisa masuk.

Para prajurit mulai bekerja. Tapi bekerja di Mesir tidak seperti di Perancis. Sinar matahari yang menyilaukan dan angin yang berpasir menimbulkan berbagai masalah pada mata. Banyak prajurit yang kehilangan penglihatannya. Cuaca panas Mesir memaksa para prajurit untuk minum bergalon-galon air-air yang seharusnya tidak boleh diminum. Segera saja banyak prajurit yang tumbang karena diare. Prajurit lainnya  berjatuhan akibat teriknya sinar matahari yang panas menyengat. Tapi Bouchard tetap memaksa mereka bertahan.

Para prajurit meruntuhkan salah satu tembok benteng y ang rapuh dan mulai membersihkan puing-puing batu besar dan pasir. Puing-puing itu semua berwarna cokelat kecuali papan granit berwarna kelabu sepanjang 1,2 m. Seorang prajurit muda menyeka debu pada papan batu granit itu dan sadar bahwa ukiran tulisan bergambar aneh yang ada di batu itu berasal dari zaman Mesir kuno. Ia memutuskan untuk melaporkan penemuannya kepada komandannya.


Rahasia Batu

Lempengan batu granit yang ditemukan prajurit Napoleon itu berukiran tiga naskah. Dua diantanya dalam bahasa Mesir-hieroglif dan demotic. Satunya lagi dalam bahasa Yunani. Tulisan Yunani yang ada di bagian bawah batu mudah diterjemahkan. Sekelompok pendeta menulisnya 196 SM untuk merayakan pemerintahan firaun mereka yang berusia 13 tahun Ptelemous V. Para pendeta berterimakasih kepada Ptelemous atas banyak hal baik yang dilakukannya untuk rakyat Mesir. Dengan ditemukannya huruf Yunani dibawah tulisan hireoglif dan demotic, banyak ilmuwan yakin akan segera mampu menerjemahkan kedua tulisan itu. Tapi mereka salah. Perlu waktu lebih dari 20 tahun sampai akhirnya rahasia naskah itu terpecahkan. Dialah Thomas Young berkebangsaaan Inggris.


Makam Raja Tut 

Bagaimana raja Tutankhanmun mangkat? Apakah dia dibunuh? Itulah salah satu pertanyaan yang ingin dicari jawabannya oleh Zahi Hawwas, kepala Dewan Tertinggi Kepurbakalaan Mesir dengan menggunakan pemindaian CT paa hari Rabu pada Januari 2005. Kasus lama. Kasus berumur 3.300 tahun. Korbannya adalah Raja Tutankhamun yang masih belia.

Hasil pemindaian CT memberi beberapa detail tentang kehidupan raja belia ini. Hasil pemindaian menunjukkan bahwa Tutankhamun makan maknan bergizi dan hidup sehat, meski ia memiliki gigi tonggos, turunan dalam keluarganya, dan gigi bungsu yang tak tumbuh demgan baik. Dia tidak  menderita kekurangan gozi atau terkena penyakit saat kecil. Yang paling penting, hasil pemindaian menunjukan bahwa raja belia ini tidak meningal karena pukulan dikepala seperti dugaan beberapa orang. Ada beberapa serpihan tulang yang lepas ditulang tengkoraknya. Tetapi  kerusakan itu tidak mungkin terjadi saat ia masih hidup. Tetapi kemungkinan adanya pembunuhan juga tak bisa diabaikan. Seperti yang Zahi Hawass utarakan, ada banyak hal  yang tidak bisa diungkap oleh pemindaian CT, seperti apakah Tut diracuni. Apakah dia dibunuh? Hal tersebut belum bisa diyakini kebenarannya,




Refferensi:

Jill Rubalcaba, Arkeologi Menguak Rahasia Lampau Mesir Kuno, Washington DC : National Geographic.

Rabu, 05 Desember 2012

PANCASILA

Apa Pancasila Itu?

Pancasila adalah dasar negara yakni suatu landasan idiil yang mencakup lima aturan antara lain:
1. Ke Tuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


Funngsi Pancasila

Fungsi pancasila pada dasarnya ada 2:
1. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia

  • merupakan kristalisasi nilai yang dimiliki oleh suatu bangsa yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan bangsa itu untuk mewujudkannya.

2. Pancasila sebagai dasar negara

  • Indonesia merupakan negara hukum dan tidak lepas dari hukum yang semua kegiatan kenegaraan harus berdasar atas hukum. Sedangkan hukum di Indonesia menganut pancasila. Maka dari itu pancasila sebagai dasar darai negara.


Bentuk-bentuk Pola Asuh




Baumrind dalam teorinya mengemukakan bahwa ada tiga macam bentuk pola asuh orang tua antara lain:
a.       Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis mendorong anak untuk bebas tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka. Komunikasi verbal timbal balik bisa berlangsung dengan bebas, dan orangtua bersikap hangat dan bersikap membesarkan hati remaja (Santrock, 2003: 183).
Orangtua yang bisa diandalkan menyeimbangkan kasih sayang dan dukungan emosional dengan struktur dan bimbingan dalam membesarkan anak-anak mereka. Dan orangtua dengan tipe ini mereka membiarkan anak-anak mereka menentukan keputusan sendiri dan mendorong mereka untuk membangun kepribadian dan juga minat mereka sendiri (Edwards, 2006: 73).
Intinya pola asuh ini memberikan banyak kasih sayang dan respons yang baik serta menginginkan banyak tanggung jawab. Jadi, pola asuh orangtua demokratis mendorong anak untuk bebas tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan anak.
b.      Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak anak untuk mengikuti petunjuk orangtua. Orangtua yang bersifat autoritarian membuat batasan dan kendali yang tegas terhadap anak dan hanya melakukan sedikit komunikasi verbal (Santrock, 2003: 185).
Pola asuh otoriter cenderung untuk menentukan peraturan tanpa berdiskusi dengan anak-anak mereka terlebih dahulu. Mereka tidak mempertimbangkan harapan-harapan dan kehendak hati anak-anak mereka. Petunjuk atau keputusan dari Orangtua dicukupkan dengan kalimat ”karena aku bilang begitu”. Orangtua otoriter menuntut keteraturan, sikap yang sesuai dengan ketentuan masyarakat dan menekankan kepatuhan kepada otoritas. Mereka menggunakan hukum sebagai penegak kedisiplinan dan dengan mudah mengumbar kemarahan serta ketidaksenangan kepada anak-anak mereka. Orangtua otoriter tidak selalu bersikap dingin dan tidak responsif, tetapi mereka lebih banyak menuntut dan bersikap penuh amarah serta kurang bersikap positif dan kurang bisa memperlihatkan sikap mencintai anak-anak mereka (Edwards, 2006: 80).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pola asuh otoriter adalah pola asuh yang menekankan batasan dan larangan, orangtua sangat menghargai anak-anak yang patuh terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan tidak melawan. Hubungan orangtua dengan anak terlihat kaku dan kurang bersahabat.
c.       Pola Asuh Permisif
Pola asuh orangtua permisif tidak memberikan struktur dan batasan-batasan yang tepat bagi anak-anak mereka. Baumrind (Santrock, 2003: 80) menggambarkan 2 jenis Orangtua yang permisif antara lain:
1)      Orangtua Permisif Lunak atau Memanjakan
Pola asuh permisif memanjakan (permissive-indulgent parenting) adalah suatu pola dimana orangtua sangat terlibat dengan remaja tetapi sedikit sekali menuntut atau mengendalikan mereka. Orangtua permisif lunak bisa hangat, bersifat ngemong, dan responsif, tetapi mereka memberikan sedikit sekali struktur dan bimbingan. Karena Orangtua dengan tipe ini cenderung mempercayai bahwa ekspresi bebas dari keinginan hati dan harapan sangatlah penting bagi perkembangan psikologis, mereka memberikan sedikit sekali tuntutan kepada anak-anak mereka untuk menjadi matang dan bersikap mandiri (Edwards, 2006: 82).
2)      Orangtua yang Lepas Tangan atau Tidak Peduli
Gaya pengasuhan permisif tidak peduli (permissive-indifferet parenting) adalah suatu pola dimana si Orangtua sangat tidak ikut campur dalam kehidupan anak (Santrock, 2003: 186).
Jadi pola asuh orangtua permisif secara keseluruhan ditandai dengan keadaan orangtua yang tidak mengendalikan anak, tidak memberikan hukuman pada kesalahan anak dan tidak memberikan perhatian dalam melatih kemandirian dan kepercayaan diri anak.
Pola asuhan menurut Stewart dan Koch (1983: 178-225) terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu pola asuh otoriter, demokratis, permisif:
a.       Pola Asuh Otoriter
Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk lingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak, kaku, tegas. jarang memberi pujian. Orang tua tidak mendorong serta memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian. Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa (Stewart & Koch, 1983: 203).
b.      Pola Asuh Demokartis
Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua dan anak. Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa. Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anakanaknya. dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak secara obyektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian (Stewart & Koch, 1983: 219).
c.       Pola Asuh Permisif.
Orang tua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali. Anak dituntut atau sedikit sekali dituntut untuk suatu tangung jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya (Stewart & Koch, 1983: 225).
Sedangkan Marcolm Hardy dan Steve Heyes (1986: 131) mengemukakan empat macam pola asuh yang dilakukan orang tua dalam keluarga, yaitu :
a.       Pola Asuh Autokratis (otoriter)
Ditandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari orang tua dan kebebasan anak sangat di batasi.
b.      Demokratis
Ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak.
c.       Permisif
Ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk berprilaku sesuai dengan keinginannya sendiri.
d.      Laissez faire.
Ditandai dengan sikap acuh tak acuh orang tua terhadap anaknya.
Pada teori pola asuh menurut Marcolm Hardy & Steve terdapat empat macam pola asuh (otoriter, demokratis, permisif, laisses faire). Sedangkan Bumrind, Steward & Koch mengemukakan bahwa ada tiga macam pola asuh orangtua. Pola asuh laisses fire dalam teori Marcolm Hardy & Steve memiliki cirri yang sama dengan pola asuh lepas tangan atau tidak peduli, sehingga tergolong dalam pola asuh permisif.
Berdasarkan dari ketiga teori bentu-bentuk pola asuh yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa menurut Baumrind, Stewart & Koch, Marcolm Hardy & Steve Heyes, pola asuh terbagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu; 1) pola asuh otoriter, 2) pola asuh demokratis, dan 3) pola asuh permisif.

Refferensi:

Edwards, Drew, 2006. Ketika Anak Sulit Diatur. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Heyes, Steve dan Hardy, Malcom, 1996. Terj. Soenardji, Pengantar Psikologi, Jakarta: Erlangga.
                        Stewart & Koch. 1983. Childern Development Throught Adolescence. Canada: John Wiley and Sons Inc.






Apa Yang Dimaksud Dengan Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan?

Pengambilan Keputusan
Adalah proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti. Apengambilan keputusan terjadi didalam situasi-situasi yang meminta seseorang harus: a) membuat prediksi kedepan, b) memilih salah satu diantara dua pilihan, c) membuat estimasi (perkiraan) mengenai frekuensi kejadian berdasarkan bukti-bukti yang terbatas.
Pendekatan didalam pembuatan keputusan dapat dipahami melalui dua pendekatan pokok yakni:
1.  Pendekatan normative
§  Menitik beratkan pada apa yang seharusnya dilakukanoleh pembuat keputusan sehingga diperoleh keputusan yang rasional. Maksudnya adalah jika seseorang menggunankan pendekatan normative dalam membuat atau mengambil keputusan, maka seseorang akan menempuh cara-cara yang rasional berdasarkan perhitungan matematis atau statistic.
     2. Pendekatan deskriptif
§  Manggunakan prinsip kenyatan dan kecenderungan orang-orang didalam membuat keputusan, sehinga keputusan yang dihasilkan kebanyakan hanya mencapai tingkat yang cukup memuaskan atau baik.
§  Adapun teori pengambilan keputusan yang menggunakan pendekatan deskriptif adalah teori prospek yang dikembangkan oleh Kahnegman dan Tversky. Prinsip-prinsip yang diajukan didalam teori prospek adalah:
a.       Fungsi nilai
Fungsi nilai bagi suatu perolehan (mendapatkan sesuatu) akan berbeda dengan kehilangan sesuatu. Nilai bagi suatu kehilangan dibobot lebih tinggi dan nilai bagi suatu perolehan dibobot lebih rendah.
Contoh:
Trhadap besaran yang sama misalnya uang Rp50.000,- maka kehilangan sejumlah uang ini dirasakan lebih tinggi nilai kerugiannya bila dibandingkan dengan keuntungan yang dirasakan apabila seseorang mendapatkan uang yang sama.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa lebih tinggi kualitas kesedihan yang dirasakan seseorang ketika kehilangan uang Rp. 50.000,- dari pada kualitas kegembiraan yang dirasakan ketika ia mendapat ung sebesar itu.
Jadi, antara suatu perolehan dengan kehilangan atau antara keuntungan dengan kerugian merupakan dua hal yang tidak simetris.
b.      Pembingkaian (farming)
Teori prospek memprediksi bahwa preferensi (kecenderungan memilih) akan tergantung pada bagaimana suatu persoalan dibingkai atau diformulasikan. Jika titik performansi diformulasikan sedemikian rupa sehingga hasil keputusan dianggap atau dipersepsi sebagai suatu perolehan, maka orang yang mengambil keputusanakan cenderung menghindari resiko (risk averse). Sebaliknya, jika titik referensi diformulasikan kearah keputusan yang menghasilkan kerugian atau kehilangan, maka orang akan cenderung mengambil resiko.
Contoh:
Ketika menghadapi nilai ujian, para mahasiswa cenderung memilih alternative “pasti lulus” dari pada “kemungkinan lulus meski dengan nilai tertinggi”.
c.       Perhitungan mental-psikologis
Orang yang membuat keputusan tidak hanya membingkai pilihan-pilihan yang ditawarkan, tetapi juga membingkai hasil serta akibat dari pilihan-pilihan itu. Hal ini disebut perhiungan mental atau psikologis. Perhitungan psikologis dibedakan menjadi dua macam, yaitu minimal accounting dan inclusive accounting.
Disebut minimal accounting apabila hasil-hasil dari pilihan yang akan ditetapkan dibingkai menurut konsekuensi yang langsung menyertainya. Contohnya, seseorang telah memutuskan untuk menonton sebuah pertunjukan. Ketika sampai ditempat pertunjukan ia mengetahui bahwa uang untuk membeli tiket ternyata hilang. Kemudian ia masih bersedia mengeluarkan uangnya untuk membeli tiket pertunjukan. Fenomena ini menunjukkan bahwa orang ini tidak mengkaitkan kehilangan uang dengan pembelian sebuah tiket.
Disebut inclusive accounting apabila hasil-hasil keputusan dibingkai dengan memperhitungkan kejadian sebelumnya. Contohnya, seseorang memutuskan bahwa ia akan menoton sebuah pertunjukan dan telah membli sebuah tiket. Ketika memasuki gedung pertunjukan ia mengetahui bahwa tiketnya hilang. Kemudian ia memutuskan untuk tidak membeli tiket lagi. Hal ini dirasakan sama dengan membeli tiket dua kali.
d.      Efek kepastian
Pilihan yang dipastikan tanpa resiko sama sekali akan lebih disukai dari pada plihan yang masih mengandung resiko. Meski kemungkinan sangat kecil.
Contoh:
Orang yang sakit, cenderung membeli obat yang tanpa efek samping dari pada obat yang mempunyai efek samping.

Strategi heuristik yang digunakan orang dalam membuat keputusan adalah:
                        a.       Keterwakilan
                Orang yang menggunakan penilaian terhadap sampel yang didasarkan atas kemiripan dan                penampakannya secara acak.
                        b.      Ketersediaan informasi
                 Seseorang akan menggunakan strategi ini ketika ia sedang membuat astimasi atau taksiran terhadap frekuensi peristiwa atau kemungkinan pemunculan kejadian berdasarkan tingkat kemudahan contoh-contoh yang diperleh. Dengan kata lain, orang mempertimbangkan frekuensi kejadian dengan cara menetapkan apakah contoh-contoh informasi yang relevan dapat ditemukan dengan mudah dalam ingatan ataukah memerlukan usaha yang keras.
                       c.       Patokan dan penyesuaian
                     Stratgi ini dimulai dengan menebak suatu keadan awal yang paling mendekati, dan ini dijadikan patokan, lalu dibuat penyesuaian-penyesuaian secara bertahap sesuai dengan informasi tambahan yang diterima.
                        d.      Bingkai keputusan
               Ialah cara-cara yang digunakan didalam mengajukan pertanyaan dan konteks pilihan atau permasalahan agar dihasilkan keputusan tertentu. Cara-cara ini dpat mempengaruhi persepsi sesseorang terhadap pilihan atau permasalahan yang hendak diputuskan. Oleh sebab itu, dengan mengubah cara penyajian bahasa atau konteks permasalahan, maka kita dapat berharap orang lain dpat mengambil keputusan tertentu. Suatu cara penyajian atau konteks yang berbeda akan menghasilkan keputusan yang berbeda pula, meski persoalan yang diangkat sama.
Contoh:
Ketika kita mengunjungi beberapa taman, disana terpampang panpan kecil bertuliskan “dilarang mengganggu tanaman” sebagian yang lain berbunyi “sayangilah tanaman ini”. Kedua pengumuman ini memiliki maksud yang sama, yaitu sebuah peringatan agar pengunjung tidak merusak tanaman yang ada ditaman itu, tetapi dengan penyajian bahasa yang berbeda. Perbedaan cara ini dapat menghasilkan keputusan, sikap, dan tindakan pengunjung yang berbeda berkaitan dengan tanaman tersebut.
                        e.       Kepercayaan yang berlebihan
                    Banyak terjadi keputusan yang salah atau melenceng disebabkan antara lain ooleh kepercayaan ynag berlebihan dari pembuat keputusan. Orang tidak jarang membuat perkiraan ke depan yang ternyata tidak terbukti kebenarannya. Orang juga sering melakukan penaksiran yang tidak relistis terhadap kemungkinan apakah suatu peristiwa sering terjadi atau jarang terjadi, karena didasarkan pada perhitungan statistic yang dianggap sudah tepat.
Ada beberapa alasan yang dapat membuat orang memiliki kepercayaan yang berlebihan terhadap akurasi keputusan-keputusan yang dibuat, diantaranya adalah: a) hasil perhitungan statistic, b) keahlian seseorang dalam suatu bidang, c) kesamaan cirri-ciri pokok, d) pengalaman keberhasilan, e) kecenderungan orang untuk mengkonfirmasi hipotesis yang telah ada dalam poikirannya, f) control terhadap situasi.   
f.       Perangkap
Ialah suatu proses pembuatan keputusan yang berarti menambah atau memperkuat komitmen terhadap pilihan-pilihan yang telah dibuat sebelumnya.
Seseorang atau kelompok dikatakan terperangkap apabila orang atau kelompok itu berusaha mempertahamkan keputusn yang pernah dibuat. Meski sering keadaannya tidak memuaskan tetapi seseorang tetap saja melanjutkan keputusannya tersebut dengan harapan agar apa yang telah diinvestasikan atau dikorbankan sebelumnya akan membuat keadaan menjadi lebih baik.
Untuk menghadapi permasalahan atau keputusan yang kompleks, seseorang dapat menempuh tiga pendekatan yaitu:
a.       Pendekatan pesimis, dengan memaksimalkan nilai minimum
b.      Pendekatan optimis, dengan memaksimalkan nilai maksimum
c.       Memaksimalkan niali harapan, dengan memperhitungkan nilai-nilai yang baik dan buruk.
Bijaksana merupakan suatu kematangan ber[pikir yang dimiliki seseorang atau kelompok, proses berpikir yang melibatkan dialetika dan integrasi diantara beberapa hal yang saling kjontradiktif mengenai suatu masalah. Cirri-ciri perilaku orang bijaksana meliputi:
§  Kemampuan menalar dengan baik
§  Belajar dari gagasan dan lingkungan
§  Menggunakan informasi secara tepat guna 

Pemecahan Masalah
Masalah merupakan kesenjangan antara situasi yang dihadapi sekarang dengan tujuan yang diinginkan. Suatu masalah mengandung tiga komponen: situasi sekarang, tujuan yang diinginkan, dan prosedur yang ditempuh untuk mengatasi kesenjangan keduanya.
Secara mum, masalah dibedakan menjadi dua, masalah yang jelas, dan masalah yang tidak jelas. Langkah-langkah pemecahan masalah meliputi beberapa tahapan yakni:
a.       Pemahaman masalah
b.      Mencari beberapa gagasan bagi pemecahan
c.       Memilih salah satu yang paling memungkinkan
d.      Melaksanakan serta mengevaluasi hasil-hasil
Representasi masalah merupakan hal yang penting baik bagi pemahaman maslah maupun untuk mencari jalan keluarnya. Cara-cara yng dapat ditempuh untuk mereprentasikan masalah adalah, membuat daftar sifat, matrik, pohon bercabang, grafik, dan gambar.
Ruang lingkup masalah dapat mempengaruhi tingkat kemudahan atau kesulitan seseorang memecahkan masalah. Suatu masalah yang memiliki ruang lingkup yang sempit akan lebih mudah dari pada yang luas. Hambatan menghadapi masalah dapat timbul karena: terpaku pada fumgsi objek yang stabil, aktivitas mental yang telah dilakukan secara berulang kali, dan penambahan bingkai menurut persepsi atau seolah ada bingkai pembatas.
Metode atau strategi pemecahan masalah dapat dibedakan menjadi dua, algoritmik dan heuristic. Algoritmik adalah suatu strategi yang menjamin ditemukan suatu pemecahan. Heuristic merupakan strategi yang bersifat kecenderungan dan masih mengandung kemungkinan gagal.
Pelatihan berpikir umumnya dan pemecahan masalah khususnya dapat dilakukan setiap orang. Salah satu model pelatihan adalh menggunakan pendekatan IDEAL.
I= identifikasi (apa masalahnya)
D=definisi (kenapa)
E=eksplorasi (berbagai tindakan penyelesaian)
A=action (lakukan tindakan)
L=lihat efek
Petunjuk umum bagi pemecahan suatu maasalah mencakup dua hal penting. Pertama, seseorang harus bersikap positif terhadap suatu masalah dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah dan berpikir secara sistematis atau tahp demi tahap. Kedua, tindakan-tindakan penting yang harus dilakukan orang, antara lain merumuskan masalah dengan jelas, mengumpulkan fakta-fakta dan memfokuskan pada hal-halpenting dari fakta-fakta itu, dan mencari sejumlahgagasan kemudian memilih yang paling baik untuk dilaksanakan.

Perbedaan Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan guna memecahkan masalah. Sedangkan pemecahan masalah terjadi setelah keputusan diambil, namun terkadang bias juga menimbulkan masalah baru apabila keputusan yang diambil kurang tepat atau kurang sesuai.